Kanker dan kematian (2005–2007)
Pada bulan Juli 2005 dibawa ke Rumah Sakit Pondok Indah karena sesak nafas. Setelah 13 hari dirawat, dia dipindahkan ke Rumah Sakit Mount Elizabeth di Singapura, di mana dia dinyatakan mengidap kanker paru-paru.[83] Biarpun khawatir bahwa dia akan kehilangan rambutnya yang gondrong, yang dia menganggap sebagai bagian citranya,[84] dia menjalani kemoterapi enam kali, dengan perawatan pertama pada tanggal 2 Agustus 2005.[83]Kesehatan Chrisye membaik pada tahun 2006[85] dan dia merasa cukup kuat untuk mengikuti wawancara panjang dengan Alberthiene Endah pada bulan Mei dan November 2006 saat Alberthiene menulis biografinya.[86] Dia juga menghasilkan dua album kompilasi, Chrisye by Request dan Chrisye Duets; namun, dia merasa kurang sehat untuk menghasilkan lagu baru.[87] Akan tetapi, pada awal Februari 2007 kondisi fisiknya kembali memburuk.[85]
Pada 30 Maret 2007, Chrisye meninggal pada pukul 4:08 WIB di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan. Dia dikebumikan di TPU Jeruk Purut hari itu juga.[88] Ratusan orang menghadiri pemakamannya itu, termasuk Erwin Gutawa, Titiek Puspa, Ahmad Albar, Sophia Latjuba, dan Ikang Fawzi.[89] Pemakaman ini dinodai aksi beberapa pencopet, salah satunya ditangkap tapi lalu dibebaskan.[90]
Seratus hari setelah meninggalnya Chrisye, Musica mengeluarkan dua album kompilasi. Album ini, dengan judul Chrisye in Memoriam – Greatest Hits dan Chrisye in Memoriam – Everlasting Hits, termasuk empat belas lagu per kuping dari sepanjang kariernya bersama Musica.[91] Pada tanggal 1 Agustus 2008, singel Chrisye terakhir, "Lirih", yang ditulis oleh Aryono Huboyo Djati, diluncurkan. Lagu tersebut mula-mula dirahasiakan, dan tanggal perekamannya tidak diketahui.[92] Menurut Djati, lagu itu direkam sebagia hiburan. Sebuah video klip yang disutradarai Vicky Sianipar dan termasuk Ariel Peterpan, Giring Ganesha dari Nidji, dan janda Chrisye lalu dirilis.[93]
0 komentar:
Posting Komentar